PROFIL.
Dia sempat menjadi pekerja selama 14 tahun di perusahaan pembuatan
kotak atau boks perhiasan maupun kebutuhan lainnya di Surabaya, Jawa
Timur. Pada 2009 lalu, Fahmi Djibran lalu berpikir, apakah dia akan
terus menjadi seorang pekerja dengan ketrampilan yang dimilikinya?
Lalu
dia melepaskan diri dari perusahaan tempatnya bekerja, dan menekuni
usaha sendiri di bidang sama dengan brand Boks Unik. Kemudian pada awal
tahun ini dia memberanikan diri hijrah ke Bogor, Jawa Barat untuk
mendekatkan diri ke pasar yang menjadi primadona, yakni Jakarta.
Di
Indonesia, bisnis atau usaha pembuatan kotak yang terbuat dari kayu
memang belum menjadi pilihan utama sebagai sumber penghasilan. Jumlah
perusahaan pembuat kotak pun masih bisa dihitung dengan sebelah jari
tangan, karena jumlah 5 unit, termasuk Boks Unik.
Akan tetapi,
bagi Fahmi Djibran, yang memiliki keahlian perkayuan, bisnis membuat
kotak kayu bisa sebagai sumber pendapatan potensial. Kotak kayu seperti
apa yang dikerjakan Fahmi dan karyawannya, tidak lain untuk keperluan
kotak perhiasan.
”Saya bisa memproduksi kotak kayu untuk
keperluan perhiasan emas, batu-batu mulia, maupun kotak makanan hingga
plakat atau souvenir. Ukurannya mulai dari yang terkecil sekitar 5 x 5
cm dan tinggi 3 cm hingga ukuran terbesar 70 x 40 cm dan tinggi 15 cm,”
ujar Fahmi Djibran.
Dia berani menjadi produsen, karena umumnya
perusahaan sama di Indonesia mengejar pasar ekspor. Karena masih ada
celah untuk pasar lokal, Fahmi pun kini menjadi pemilik usaha potensial
di bidang kotak kayu. Bahan bakunya bukan jadi hambatan, karena tersedia
di setiap kota.
Kotak berbentuk apa saja bisa dikerjakannya
sesuai dengan order konsumen. Apakah kotak itu berbentuk kubus atau
limas, tidak menjadi kendala bagi Fahmi bersama sekitar 20 karyawannya
di kawasan Cimanggu, Bogor.
Order korporasi yang selama ini
dilayani salah satu perusahaan sejenis di Surabaya, bahkan bisa beralih
ke perusahaan Boks Unik milik Fahmi. Korporasi yang dimaksud seperti PT
Aneka Tambang (Antam) maupun perusahaan lain yang membutuhkan kotak kayu
sebagai wadah komoditasnya.
Andalan usaha Fahmi ternyata tidak
kepada bahan baku kayu semata. Sebab, kotak kayu ketika memasuki pasar
ekspor ke negara tertentu, harus disertai sertifikat yang dikeluarkan
dari negara asal. Dokumen yang dimaksud berupa jaminan kayu tidak
membawa kutu atau rayap yang bisa menjadi petaka bagi negeri tujuan.
Selain
memenuhi kebutuhan pasar lokal, Boks Unik tercatat melayani permintaan
dari Australia dan Singapura. Sedangkan kayu yang menjadi andalannya
membuat kotak secara umum menggunakan kayu jati, kayu mahoni maupun kayu
umum yang dihasilkan di Indonesia.
“Semuanya bahan baku murni
lokal, tidak ada yang impor, dan saat ini kami tengah melakukan
penjajakan pasar di Kanada. Sebab, ada juga perusahaan kopi luwak
mengandalkan kotak kayu menjadi wadah komoditas itu ke pasar ekspor,”
tandas Fahmi.
Untuk mensiasati pasar, Boks Unik juga memproduksi
kotak yang terbuat dari bahan medium, dencity, fiberboard atau MDF.
China sebagai salah satu pemain kotak untuk keperluan perhiasan,
mengandalkan bahan baku tersebut.
Menurut Fahmi, penggunaan kotak
dari MDF tidak wajib dilengkapi sertifikat, karena dipastikan terbebas
dari kutu atau rayap kayu. Berarti izin ekspor menggunakan wadah MDF ke
berbagai negara jauh lebih mudah ketimbang menggunakan kotak dari kayu
asli.
Boks Unik bisa melayani permintaan konsumennya dengan jenis
bahan baku apa saja. Proses pembuatan kotak dari kayu membutuhkan
pengeringan alami maupun melalui oven. Sedangkan proses pembuatan kotak
dari bahan baku MDF sangat singkat.
Untuk finishing penggunaan
bahan baku MDF, tetap menggunakan kulit kayu asli, namun Fahmi lebih
memilih pembuatan kotak dari kayu. Pemanfaatan bahan itu hampir sama
dengan karton yang tidak tahan lama bila dibandingkan kayu.
Harga
jual produk kotak Boks Unik sangat bervariasi. Harga termurah
Rp15.000—Rp20.000. Harga tertinggi hingga Rp1,1 juta. Adapun kapasitas
produksi kotak kayu usaha Fahmi yang belum memiliki fasilitas showroom
sekitar 1.5000 sampai 2.000 kotak kecil per bulan.
Kapasitas
produksi kotak besar yang dihasilkan tidak jauh berbeda, yakni sekitar
1.000 per bulan. Untuk mendukung pemasaran, Fahmi juga dituntut
melahirkan ide-ide kreatif bersama krunya.
”Kami memiliki banyak
konsumen di Jakarta, dan kami wajib membedakan model setiap kotak untuk
menghindari kejenuhan mereka. Kalau semua konsumen disuplai dengan
desain yang sama, akan njadi petaka bagi usaha ini. Jadi ada tuntutan
kreativitas dan inovasi”
Setiap desain untuk konsumen penjual,
selalu dipatenkan, sehingga setiap toko tidak akan pernah menerima model
yang sama. Ini adalah jaminan dari Boks Unik kepada setiap toko yang
memasarkan kembali produk kotak kayu.
Apalagi menghadapi konsumen
individu yang memesan kotak kayu menjadi wadah perhiasannya, perusahaan
UKM ini harus bisa menjelaskan secara detail kebutuhan maupun desain
kotaknya agar selaras dengan isinya.
Menghadapi konsumen yang
sangat beragam keinginan mendapat desain khas dan unik, Fahmi juga harus
siap. Sebagai contoh misalnya, ada konsumen memesan kotak perhiasan
besar yang harus dilengkapi dengan blower serta laci dalam. “Kami harus
bisa menangkap ide-ide itu.”
Karena belum melengkapi usahanya
dengan gerai khusus, Fahmi masih mempercayakan promosi melalui jejaring
sosial seperti facebook, twitter, email hingga Blackberry dan website.
“Alhamdulilah, tidak ada kendala bagi kami untuk memenuhi order dari
jejaring itu,” tutur Fahmi.
Kesibukan perusahaan Boks Unik saat
ini memenuhi order dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pembuatan
wadah plakat. Namun plakat itu dilengkapi acrilyc agar transparan. Jika
dilihat, kotak itu seperti buku tulis, tetapi sebenarnya perpaduan dari
kayu dan acrilyc.
Fahmi mengungkapkan, dibandingkan dengan nilai
jual produk China yang juga memenuhi pasar nasional, harga Indonesia
masih di atas. Namun dia tidak peduli terhadap perbedaan harga itu,
karena sistem pemasaran di Indonesia sangat fleksibel.
Untuk
mendatangkan kotak kayu dari China, minimal order sebanyak 10.000 atau
setara demean satu kontainer. Sedangkan pemasaran yang dilakukan Boks
Unik mengacu pada permintaan pasar. Bahkan melayani permintaan
perorangan dalam jumlah kecil. “Inilah keunggulan perusahaan nasional.”
Meski
sudah memiliki pasar ekspor, namun Boks Unik tetap lebih fokus memenuhi
pasar lokal dengan perbandingan 80 persen untuk nasional dan 20 persen untuk ekspor. [BISNIS INDONESIA]
Dia sempat menjadi pekerja selama 14 tahun di perusahaan pembuatan
kotak atau boks perhiasan maupun kebutuhan lainnya di Surabaya, Jawa
Timur. Pada 2009 lalu, Fahmi Djibran lalu berpikir, apakah dia akan
terus menjadi seorang pekerja dengan ketrampilan yang dimilikinya?
Lalu
dia melepaskan diri dari perusahaan tempatnya bekerja, dan menekuni
usaha sendiri di bidang sama dengan brand Boks Unik. Kemudian pada awal
tahun ini dia memberanikan diri hijrah ke Bogor, Jawa Barat untuk
mendekatkan diri ke pasar yang menjadi primadona, yakni Jakarta.
Di
Indonesia, bisnis atau usaha pembuatan kotak yang terbuat dari kayu
memang belum menjadi pilihan utama sebagai sumber penghasilan. Jumlah
perusahaan pembuat kotak pun masih bisa dihitung dengan sebelah jari
tangan, karena jumlah 5 unit, termasuk Boks Unik.
Akan tetapi,
bagi Fahmi Djibran, yang memiliki keahlian perkayuan, bisnis membuat
kotak kayu bisa sebagai sumber pendapatan potensial. Kotak kayu seperti
apa yang dikerjakan Fahmi dan karyawannya, tidak lain untuk keperluan
kotak perhiasan.
”Saya bisa memproduksi kotak kayu untuk
keperluan perhiasan emas, batu-batu mulia, maupun kotak makanan hingga
plakat atau souvenir. Ukurannya mulai dari yang terkecil sekitar 5 x 5
cm dan tinggi 3 cm hingga ukuran terbesar 70 x 40 cm dan tinggi 15 cm,”
ujar Fahmi Djibran.
Dia berani menjadi produsen, karena umumnya
perusahaan sama di Indonesia mengejar pasar ekspor. Karena masih ada
celah untuk pasar lokal, Fahmi pun kini menjadi pemilik usaha potensial
di bidang kotak kayu. Bahan bakunya bukan jadi hambatan, karena tersedia
di setiap kota.
Kotak berbentuk apa saja bisa dikerjakannya
sesuai dengan order konsumen. Apakah kotak itu berbentuk kubus atau
limas, tidak menjadi kendala bagi Fahmi bersama sekitar 20 karyawannya
di kawasan Cimanggu, Bogor.
Order korporasi yang selama ini
dilayani salah satu perusahaan sejenis di Surabaya, bahkan bisa beralih
ke perusahaan Boks Unik milik Fahmi. Korporasi yang dimaksud seperti PT
Aneka Tambang (Antam) maupun perusahaan lain yang membutuhkan kotak kayu
sebagai wadah komoditasnya.
Andalan usaha Fahmi ternyata tidak
kepada bahan baku kayu semata. Sebab, kotak kayu ketika memasuki pasar
ekspor ke negara tertentu, harus disertai sertifikat yang dikeluarkan
dari negara asal. Dokumen yang dimaksud berupa jaminan kayu tidak
membawa kutu atau rayap yang bisa menjadi petaka bagi negeri tujuan.
Selain
memenuhi kebutuhan pasar lokal, Boks Unik tercatat melayani permintaan
dari Australia dan Singapura. Sedangkan kayu yang menjadi andalannya
membuat kotak secara umum menggunakan kayu jati, kayu mahoni maupun kayu
umum yang dihasilkan di Indonesia.
“Semuanya bahan baku murni
lokal, tidak ada yang impor, dan saat ini kami tengah melakukan
penjajakan pasar di Kanada. Sebab, ada juga perusahaan kopi luwak
mengandalkan kotak kayu menjadi wadah komoditas itu ke pasar ekspor,”
tandas Fahmi.
Untuk mensiasati pasar, Boks Unik juga memproduksi
kotak yang terbuat dari bahan medium, dencity, fiberboard atau MDF.
China sebagai salah satu pemain kotak untuk keperluan perhiasan,
mengandalkan bahan baku tersebut.
Menurut Fahmi, penggunaan kotak
dari MDF tidak wajib dilengkapi sertifikat, karena dipastikan terbebas
dari kutu atau rayap kayu. Berarti izin ekspor menggunakan wadah MDF ke
berbagai negara jauh lebih mudah ketimbang menggunakan kotak dari kayu
asli.
Boks Unik bisa melayani permintaan konsumennya dengan jenis
bahan baku apa saja. Proses pembuatan kotak dari kayu membutuhkan
pengeringan alami maupun melalui oven. Sedangkan proses pembuatan kotak
dari bahan baku MDF sangat singkat.
Untuk finishing penggunaan
bahan baku MDF, tetap menggunakan kulit kayu asli, namun Fahmi lebih
memilih pembuatan kotak dari kayu. Pemanfaatan bahan itu hampir sama
dengan karton yang tidak tahan lama bila dibandingkan kayu.
Harga
jual produk kotak Boks Unik sangat bervariasi. Harga termurah
Rp15.000—Rp20.000. Harga tertinggi hingga Rp1,1 juta. Adapun kapasitas
produksi kotak kayu usaha Fahmi yang belum memiliki fasilitas showroom
sekitar 1.5000 sampai 2.000 kotak kecil per bulan.
Kapasitas
produksi kotak besar yang dihasilkan tidak jauh berbeda, yakni sekitar
1.000 per bulan. Untuk mendukung pemasaran, Fahmi juga dituntut
melahirkan ide-ide kreatif bersama krunya.
”Kami memiliki banyak
konsumen di Jakarta, dan kami wajib membedakan model setiap kotak untuk
menghindari kejenuhan mereka. Kalau semua konsumen disuplai dengan
desain yang sama, akan njadi petaka bagi usaha ini. Jadi ada tuntutan
kreativitas dan inovasi”
Setiap desain untuk konsumen penjual,
selalu dipatenkan, sehingga setiap toko tidak akan pernah menerima model
yang sama. Ini adalah jaminan dari Boks Unik kepada setiap toko yang
memasarkan kembali produk kotak kayu.
Apalagi menghadapi konsumen
individu yang memesan kotak kayu menjadi wadah perhiasannya, perusahaan
UKM ini harus bisa menjelaskan secara detail kebutuhan maupun desain
kotaknya agar selaras dengan isinya.
Menghadapi konsumen yang
sangat beragam keinginan mendapat desain khas dan unik, Fahmi juga harus
siap. Sebagai contoh misalnya, ada konsumen memesan kotak perhiasan
besar yang harus dilengkapi dengan blower serta laci dalam. “Kami harus
bisa menangkap ide-ide itu.”
Karena belum melengkapi usahanya
dengan gerai khusus, Fahmi masih mempercayakan promosi melalui jejaring
sosial seperti facebook, twitter, email hingga Blackberry dan website.
“Alhamdulilah, tidak ada kendala bagi kami untuk memenuhi order dari
jejaring itu,” tutur Fahmi.
Kesibukan perusahaan Boks Unik saat
ini memenuhi order dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pembuatan
wadah plakat. Namun plakat itu dilengkapi acrilyc agar transparan. Jika
dilihat, kotak itu seperti buku tulis, tetapi sebenarnya perpaduan dari
kayu dan acrilyc.
Fahmi mengungkapkan, dibandingkan dengan nilai
jual produk China yang juga memenuhi pasar nasional, harga Indonesia
masih di atas. Namun dia tidak peduli terhadap perbedaan harga itu,
karena sistem pemasaran di Indonesia sangat fleksibel.
Untuk
mendatangkan kotak kayu dari China, minimal order sebanyak 10.000 atau
setara demean satu kontainer. Sedangkan pemasaran yang dilakukan Boks
Unik mengacu pada permintaan pasar. Bahkan melayani permintaan
perorangan dalam jumlah kecil. “Inilah keunggulan perusahaan nasional.”
Meski
sudah memiliki pasar ekspor, namun Boks Unik tetap lebih fokus memenuhi
pasar lokal dengan perbandingan 80 persen untuk nasional dan 20 persen untuk ekspor. [BISNIS INDONESIA]
very inspiring. [url=http://diamondku.com]perhiasan wanita[/url] .
ReplyDelete